Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Narasi Kampanye Politik Yang Berakhlak Dalam Refleksi Al-Qur'an, Hadits, dan Pemikiran Ulama

Jumat, 18 Oktober 2024 | 21.28 WIB | 0 Views Last Updated 2024-10-19T04:28:59Z


Foto: Dr. Tgk. Saiful Bahri, MA 

Kampanye politik dalam konteks demokrasi modern sering kali dipenuhi oleh berbagai strategi dan taktik yang bertujuan untuk memenangkan hati rakyat. Sayangnya, sering kali kampanye politik tidak lepas dari manipulasi, ujaran kebencian, dan fitnah yang merusak nilai moral masyarakat. Dalam menghadapi tantangan ini, ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur'an, Hadis, dan pemikiran ulama memberikan pedoman tentang pentingnya menjaga akhlak dan etika dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam kampanye politik.

Akhlak adalah inti dari ajaran Islam yang mencakup perilaku baik, sopan santun, serta tanggung jawab moral seseorang terhadap diri sendiri, orang lain, dan Allah SWT. Kampanye politik yang berakhlak berarti mengedepankan kejujuran, kebenaran, dan menjaga persatuan masyarakat, bukan memecah belah demi meraih kekuasaan.

Dalam Al-Qur'an, Allah SWT menekankan pentingnya berkata dengan perkataan yang baik dan benar. Salah satu ayat yang relevan adalah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (الأحزاب: 70)

_"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar" (QS. Al-Ahzab: 70)._

Ayat ini mengajarkan bahwa dalam setiap interaksi sosial, termasuk dalam kampanye politik, seorang Muslim harus menjaga perkataannya agar selalu sesuai dengan kebenaran. Kampanye yang berakhlak adalah kampanye yang menjauhi segala bentuk kebohongan dan fitnah, serta membangun narasi yang positif dan konstruktif.

Selain itu, dalam Al-Qur'an, Allah juga menegaskan tentang pentingnya berlaku adil dalam setiap keadaan, sebagaimana firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ (النساء: 58)

_"Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kalian menetapkan hukum di antara manusia hendaklah kalian menetapkan dengan adil" (QS. An-Nisa: 58)._

Ayat ini mengingatkan para pemimpin dan kandidat politik untuk selalu bersikap adil, baik dalam memberikan janji kepada rakyat maupun dalam menjalankan tugas ketika terpilih. Janji-janji kampanye harus sesuai dengan kemampuan dan tanggung jawab, serta dilakukan tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat.

Nabi Muhammad SAW adalah teladan terbaik dalam akhlak mulia, termasuk dalam ranah politik dan kepemimpinan. Rasulullah SAW menekankan pentingnya menjaga lisan dan berbuat baik kepada sesama. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda:

 

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ (رواه البخاري ومسلم (

_"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam" (HR. Bukhari dan Muslim)._

Hadis ini sangat relevan dalam konteks kampanye politik. Ujaran yang tidak baik, seperti fitnah, kebencian, atau kampanye negatif, tidak sejalan dengan prinsip-prinsip Islam. Seorang pemimpin atau kandidat politik yang berakhlak harus mampu menjaga perkataannya agar hanya menyampaikan hal-hal yang baik, bermanfaat, dan membangun masyarakat.

Rasulullah juga menekankan pentingnya amanah dan tanggung jawab dalam memimpin. Beliau bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ (رواه البخاري ومسلم)

_"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya" (HR. Bukhari dan Muslim)._

Hadis ini mengajarkan bahwa setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kebijakan dan tindakan yang diambil selama masa kepemimpinannya. Dalam kampanye politik, para calon pemimpin harus menyadari bahwa setiap janji yang dibuat dan setiap tindakan yang diambil akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Oleh karena itu, narasi kampanye harus jujur dan sesuai dengan amanah yang akan mereka emban.

Selain Al-Qur'an dan Hadis, pemikiran para ulama klasik juga memberikan panduan penting tentang etika politik yang berakhlak. Misalnya, Al-Ghazali dalam karyanya _Ihya Ulumuddin_ menekankan pentingnya akhlak dalam setiap aspek kehidupan, termasuk politik. Al-Ghazali menyatakan:

إِنَّمَا المُلْكُ وَالدِّينُ تَوْءَمَانِ، فَالدِّينُ أَصْلٌ وَالسُّلْطَانُ حَارِسٌ، فَمَا لَا أَصْلَ لَهُ فَمَهْدُومٌ، وَمَا لَا حَارِسَ لَهُ فَضَائِعٌ

_"Kekuasaan dan agama adalah saudara kembar. Agama adalah fondasi, dan kekuasaan adalah penjaganya. Apa yang tidak memiliki fondasi akan runtuh, dan apa yang tidak memiliki penjaga akan hilang."_

Al-Ghazali menegaskan bahwa politik dan agama tidak bisa dipisahkan dalam Islam. Pemimpin yang baik adalah mereka yang menjaga nilai-nilai agama dalam menjalankan kekuasaannya. Dalam konteks kampanye politik, ini berarti narasi yang disampaikan harus mencerminkan prinsip-prinsip agama, seperti keadilan, kejujuran, dan integritas.

Selain itu, Ibn Khaldun dalam _Muqaddimah_ juga membahas pentingnya kepemimpinan yang berakhlak. Ia mengatakan:

_"الظلم مؤذن بخراب العمران"_

 

_"Kezaliman adalah tanda kehancuran peradaban."_

Pemikiran Ibn Khaldun ini menegaskan bahwa politik yang tidak berdasarkan pada akhlak dan keadilan akan membawa kehancuran bagi masyarakat. Kampanye yang berakhlak bukan hanya tentang memenangkan pemilu, tetapi juga tentang membangun peradaban yang kokoh dan berkelanjutan.

Aplikasi Akhlak dalam Narasi Kampanye Politik

Menerapkan nilai-nilai akhlak dalam kampanye politik berarti menghindari segala bentuk kampanye negatif yang merusak persatuan umat. Kampanye yang berakhlak haruslah mengedepankan pesan-pesan positif yang dapat membangun masyarakat. Para kandidat harus mampu menawarkan solusi konkret atas permasalahan yang dihadapi masyarakat, bukan hanya mengumbar janji-janji kosong.

Selain itu, para kandidat politik harus menjaga hubungan baik dengan para ulama dan tokoh agama. Dalam tradisi Islam, ulama memiliki peran penting sebagai penuntun moral dan spiritual bagi masyarakat. Menjalin hubungan baik dengan ulama dan menjadikan mereka sebagai sumber nasihat akan membantu para pemimpin untuk tetap berada di jalur yang benar.

Kampanye yang berakhlak juga harus menghindari politisasi agama untuk kepentingan pribadi atau golongan. Islam mengajarkan bahwa agama adalah pedoman hidup yang mulia, bukan alat untuk mencapai kekuasaan. Para kandidat harus berhati-hati dalam menggunakan simbol-simbol agama agar tidak merusak makna sebenarnya dari agama itu sendiri.

Lebih lanjut, narasi kampanye yang berakhlak harus menghormati perbedaan pendapat dan menghargai lawan politik. Perbedaan pandangan adalah hal yang wajar dalam politik, tetapi Islam mengajarkan untuk tetap bersikap sopan dan menghormati orang lain meskipun memiliki pandangan yang berbeda. Rasulullah SAW selalu bersikap lembut kepada orang yang berbeda pendapat, bahkan terhadap musuh-musuhnya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga akhlak mulia dalam menghadapi persaingan politik.

Kampanye politik yang berakhlak juga harus mengedepankan dialog dan transparansi. Kandidat yang berakhlak tidak akan menyembunyikan informasi atau menipu masyarakat dengan narasi yang menyesatkan. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:

وَلَا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَ وَمَنْ يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آثِمٌ قَلْبُهُ (البقرة: 283)

_"Dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian, dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya hatinya berdosa" (QS. Al-Baqarah: 283)._

Ayat ini menegaskan bahwa transparansi dan kejujuran adalah bagian dari akhlak mulia yang harus dipegang teguh dalam setiap tindakan

Penulis menyimpulkan, bahwa narasi kampanye politik yang berakhlak, dalam pandangan Islam, adalah narasi yang berdasarkan pada nilai-nilai Al-Qur'an, Hadis, dan pemikiran ulama. Kampanye politik harus mencerminkan kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab moral terhadap masyarakat. Dalam Al-Qur'an dan Hadis, Allah dan Rasul-Nya memberikan pedoman yang jelas tentang bagaimana seorang pemimpin harus bersikap dan berperilaku, termasuk dalam menyampaikan janji politik. Pemikiran para ulama klasik juga memberikan landasan penting tentang pentingnya menjaga akhlak dalam politik.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip akhlak dalam kampanye politik, para kandidat akan mampu menarik simpati masyarakat tanpa harus merusak persatuan atau mengorbankan nilai-nilai moral. Kampanye politik yang berakhlak akan membawa perubahan yang lebih baik bagi masyarakat dan menghasilkan pemimpin yang amanah serta bertanggung jawab di hadapan Allah dan rakyatnya.

oleh  : Dr. Tgk. Saiful Bahri, MA (Elbahry SPN Aceh) Dosen dan Alumni Dayah Aceh.

×
Berita Terbaru Update