Foto: Istimewa |
Pilkada Aceh 2024 mencatat sejarah baru dalam perjalanan politik daerah ini. Salah satu fenomena yang paling mencolok adalah semakin banyaknya kader dayah yang mencalonkan diri di berbagai posisi strategis, dari tingkat kabupaten hingga provinsi. Namun, yang membuat fenomena ini semakin menarik adalah fakta bahwa para kader dayah ini bukan hanya ulama yang kuat dalam ilmu agama, tetapi juga telah menempuh pendidikan formal hingga jenjang yang tinggi mulai dari sarjana, magister, bahkan doktor. Ini menunjukkan bagaimana mereka menggabungkan nilai-nilai tradisional dengan ilmu modern untuk menciptakan kepemimpinan yang lebih holistik dan siap menghadapi tantangan zaman.
Al-Qur'an menekankan pentingnya
ilmu dan kebijaksanaan dalam kepemimpinan. Allah berfirman dalam Surah
Al-Mujadila (58:11), "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antara kamu dan orang-orang yang diberikan ilmu pengetahuan beberapa derajat."
Ayat ini menunjukkan bahwa pengetahuan, baik agama maupun ilmu dunia, merupakan
elemen penting dalam kepemimpinan yang baik.
Hadis Nabi Muhammad SAW juga
menggarisbawahi pentingnya ilmu dalam kepemimpinan. Dalam hadis riwayat Abu
Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Ilmu adalah cahaya, dan tidak ada
cahaya tanpa ilmu." Ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang mendalam, baik
dalam agama maupun dalam bidang-bidang lain, adalah dasar bagi kepemimpinan
yang efektif.
Para ulama klasik juga sering
membahas tentang integrasi ilmu agama dengan ilmu dunia dalam konteks
kepemimpinan. Imam Al-Ghazali dalam karyanya "Ihya Ulumuddin"
menekankan pentingnya pemimpin yang memiliki keseimbangan antara pengetahuan
agama dan keahlian duniawi untuk memastikan keadilan dan kesejahteraan
masyarakat. Kalimat hikmah ini relevan dengan fenomena kader dayah yang
memadukan ilmu agama dengan pendidikan formal modern untuk menciptakan
kebijakan yang lebih komprehensif dan efektif.
Dalam konteks Aceh, hikayat Aceh
juga mencerminkan pentingnya peran ulama dalam pemerintahan. Salah satu contoh
klasik adalah kisah Sultan Iskandar Muda, yang dikenal sebagai penguasa yang
bijaksana dan sangat memuliakan ulama. Dalam hikayat Aceh, Sultan Iskandar Muda
terkenal karena kebijaksanaannya dalam mengintegrasikan ajaran Islam dengan
pemerintahan, serta memberikan tempat yang signifikan bagi ulama dalam urusan
pemerintahan.
Sultan Iskandar Muda tidak hanya
berpegang pada ajaran agama dalam kepemimpinannya, tetapi juga memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilan dari berbagai bidang untuk memajukan Aceh. Ini
mencerminkan prinsip bahwa integrasi antara ilmu agama dan ilmu dunia merupakan
aspek penting dari kepemimpinan yang sukses.
Kebangkitan Kader Dayah: Perpaduan Ilmu Tradisional dan Modern
Kader dayah yang maju dalam Pilkada Aceh 2024 menunjukkan kemajuan signifikan dalam dunia politik, menggabungkan pengetahuan agama tradisional dengan pendidikan formal modern. Ini bukan sekadar fenomena simbolis, tetapi refleksi nyata dari perubahan cara pandang dalam politik lokal.
Kader dayah yang maju dalam Pilkada Aceh 2024 tidak lagi sebatas ulama yang berbekal pengetahuan agama dari dayah. Mereka juga merupakan Ulama dan akademisi yang telah menempuh pendidikan formal di berbagai universitas ternama, baik di dalam maupun luar negeri. Beberapa di antaranya bahkan telah meraih gelar doktor di bidang-bidang seperti ekonomi, hukum, pendidikan, dan studi Islam. Dengan latar belakang pendidikan yang begitu beragam, mereka hadir membawa visi dan misi yang lebih luas, menggabungkan pemahaman mendalam tentang agama dengan kemampuan analitis dan manajerial yang diperoleh dari pendidikan formal.
Perpaduan ini memungkinkan kader dayah untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip agama dengan kebijakan publik yang lebih pragmatis dan berbasis data. Mereka mampu merumuskan kebijakan yang tidak hanya berlandaskan pada ajaran agama tetapi juga memenuhi tuntutan dan tantangan kontemporer. Misalnya, dalam menangani isu-isu ekonomi, kader dayah ini dapat mengusulkan kebijakan yang berlandaskan pada prinsip ekonomi syariah sambil mempertimbangkan dinamika pasar global dan kebutuhan masyarakat lokal
Contoh konkret dari perpaduan ini terlihat dalam sejumlah inisiatif yang diusulkan oleh para kader dayah. Misalnya, beberapa di antaranya telah mengembangkan program-program pendidikan yang mengintegrasikan kurikulum agama dengan teknologi modern, bertujuan untuk meningkatkan keterampilan santri agar lebih siap menghadapi tantangan abad ke-21. Di bidang ekonomi, mereka mengusulkan model-model bisnis yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah tetapi tetap kompetitif dalam pasar global.
Selain itu, kader dayah ini juga terlibat dalam reformasi hukum dengan membawa perspektif keagamaan yang mendalam ke dalam diskusi tentang hukum dan hak asasi manusia. Ini termasuk upaya untuk menyeimbangkan antara perlindungan hak-hak individu dan kepatuhan terhadap norma-norma agama, yang sering kali menjadi topik sensitif dan kompleks dalam konteks Aceh.
Ini adalah perpaduan yang jarang
ditemukan, di mana seseorang tidak hanya paham akan prinsip-prinsip keagamaan,
tetapi juga mengerti bagaimana menerapkannya dalam kebijakan publik yang
efektif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat modern. Kader-kader ini mampu
berbicara dengan lancar tentang syariah dan ekonomi global, tentang hukum Islam
dan hak asasi manusia, tentang pendidikan tradisional dan inovasi teknologi.
Kebangkitan kader dayah di
Pilkada Aceh 2024 adalah contoh yang mencerminkan bagaimana integrasi antara
ilmu tradisional dan modern dapat menciptakan model kepemimpinan yang holistik.
Dengan kombinasi pengetahuan agama yang mendalam dan pendidikan formal yang
luas, mereka menawarkan pendekatan yang inovatif untuk mengatasi tantangan
sosial, ekonomi, dan politik. Perpaduan ini tidak hanya memperkaya perspektif
kepemimpinan mereka, tetapi juga menunjukkan bagaimana nilai-nilai tradisional
dapat bersinergi dengan kebutuhan masyarakat modern, membawa solusi yang
relevan dan efektif dalam pemerintahan.
Mengapa Kader Dayah
Meningkatkan Pengaruhnya?
Pengaruh kader dayah dalam
Pilkada Aceh 2024 meningkat bukan tanpa alasan. Masyarakat Aceh yang religius
melihat dalam diri mereka sosok pemimpin yang dapat memadukan nilai-nilai Islam
dengan tuntutan zaman. Dalam situasi di mana banyak masyarakat merasa kecewa
dengan kepemimpinan yang tidak selalu mencerminkan kejujuran dan moralitas
tinggi, kehadiran kader dayah menjadi jawaban atas kerinduan akan pemimpin yang
dapat menjadi teladan, baik dalam kehidupan spiritual maupun profesional.
Lebih dari itu, para kader dayah
ini juga menawarkan solusi nyata bagi permasalahan yang dihadapi Aceh, seperti
pengangguran, kemiskinan, dan pendidikan. Mereka mengusung program-program yang
tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik, tetapi juga pada pembangunan
manusia secara menyeluruh—memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil tidak
hanya meningkatkan kesejahteraan materi, tetapi juga memperkuat moralitas dan
karakter bangsa.
Tantangan yang Dihadapi Kader
Dayah
Meski begitu, jalan yang harus
dilalui oleh kader dayah ini tidaklah mudah. Mereka harus mampu membuktikan
bahwa perpaduan ilmu agama dan pendidikan formal dapat menghasilkan
kepemimpinan yang efektif dan efisien. Tantangan terbesar mereka adalah
bagaimana tetap memegang teguh prinsip-prinsip moral di tengah godaan
kekuasaan, serta bagaimana menjaga kepercayaan masyarakat sambil tetap
beradaptasi dengan kompleksitas politik modern.
Selain itu, mereka juga perlu
menunjukkan bahwa mereka mampu menjawab isu-isu kontemporer yang sering kali
memerlukan pendekatan yang lebih pragmatis dan teknis, tanpa mengorbankan
nilai-nilai agama yang mereka junjung tinggi. Keberhasilan mereka dalam
menghadapi tantangan ini akan menentukan apakah dominasi kader dayah ini akan
membawa perubahan positif yang berkelanjutan atau hanya menjadi fenomena sementara.
Intisari
Dominasi kader dayah di Pilkada
Aceh 2024 adalah refleksi dari integrasi antara nilai-nilai tradisional dan
kebutuhan modern dalam kepemimpinan. Dengan memadukan pengetahuan agama yang
mendalam dengan pendidikan formal yang tinggi, kader dayah menawarkan model
kepemimpinan yang holistik. Hal ini sejalan dengan ajaran Al-Qur'an dan hadis,
yang menekankan pentingnya ilmu dalam kepemimpinan, serta kalam hikmah ulama
dan hikayat Aceh yang menggambarkan bagaimana integrasi antara pengetahuan agama
dan ilmu dunia dapat menciptakan kepemimpinan yang adil dan efektif. Dominasi
kader dayah di Pilkada Aceh 2024 ini tidak hanya mencerminkan kebangkitan ulama
dalam politik, tetapi juga transformasi peran mereka dalam masyarakat modern.
Dengan kombinasi pengetahuan agama yang kuat dan pendidikan formal yang tinggi,
kader-kader ini menawarkan model kepemimpinan yang holistik, yang menggabungkan
moralitas dengan profesionalisme. Pilkada ini akan menjadi ujian sejauh mana
mereka bisa mengubah wajah politik Aceh dan membawa daerah ini ke arah yang
lebih baik, lebih adil, dan lebih sejahtera. Jika berhasil, mereka tidak hanya
akan mengukir sejarah baru bagi Aceh, tetapi juga menjadi inspirasi bagi daerah
lain di Indonesia.
Oleh : Saiful Bahri (Elbahry Spn
Aceh) Dosen UNISAI Al-Aziziyah Samalanga Bireuen Aceh