Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Distraksi Digital Generasi Muda, Khutbah atau Smartphone?

Kamis, 05 September 2024 | 03.03 WIB | 0 Views Last Updated 2024-09-05T18:40:12Z


Foto: Jasmadi Dosen FISIP, Universitas Al Washliyah Darusslam Banda Aceh 

Penulis teringat benar apa yang dulunya diajarkan di balai pengajian berkenaan dengan tata cara shalat jum’at. Tgk Mahmud mengatakan dalam bahasa Aceh 

Watee Jitamong dalam rukon 2 khutbah nyan jama’ah betoi-betoi simak rukon khutbah, menyoe han sembahyang jum’at han sah (saat shalat jum’at (khutbah) hendaklah benar-benar untuk menyimak 2 rukun khutbah, kalau tidak jum’at kita sah”, itulah penggalan ucapan Tgk mahmud sang guru ngaji 27 Tahun silam di balai pengajian yang membuat penulis sampai hari ini ketika hendak jum’at seolah kata-kata itu menjadi bagian yang selalu berbisik untuk benar-benar serius dalam menjalankan ibadah shalat jum’at terlebih pada saat khatib berkhutbah.  

Jika kita refleksikan pemahaman tentang Shalat Jumat ini memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam, khususnya bagi kaum laki-laki. Di mana kewajiban bagi setiap Muslim laki-laki yang telah baligh, berakal, dan tidak memiliki uzur syar'i (halangan yang dibenarkan oleh syariat seperti sakit atau perjalanan). Kewajiban ini telah dijelaskan dalam Al-Qur'an, Surah Al-Jumu'ah ayat 9:

 

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

 

Dengan sangat jelas al-Qur’an menerangkan kewajiban bagi laki-laki yang menjalankan ibadah shalat jum’at. Salah satunya adalah mendengarkan Khutbah Jumat yang merupakan bagian integral dari shalat Jumat. Lelaki yang menghadiri shalat Jumat wajib mendengarkan khutbah dengan khusyuk dan penuh perhatian.  Di samping itu, disunnahkan untuk datang lebih awal ke masjid untuk mengikuti shalat Jumat. Semakin awal seseorang datang, semakin besar pahala yang didapatkannya. Rasulullah SAW bersabda:

 

"Barang siapa yang berangkat pada jam pertama, maka ia seperti berkurban unta. Barang siapa yang berangkat pada jam kedua, maka ia seperti berkurban sapi. Barang siapa yang berangkat pada jam ketiga, maka ia seperti berkurban kambing bertanduk. Barang siapa yang berangkat pada jam keempat, maka ia seperti berkurban ayam. Barang siapa yang berangkat pada jam kelima, maka ia seperti berkurban telur. Dan apabila imam keluar untuk berkhutbah, maka para malaikat hadir untuk mendengarkan khutbah." (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Memenuhi kewajiban-kewajiban ini dengan baik tidak hanya menunjukkan ketaatan terhadap ajaran agama, tetapi juga membantu menjaga suasana ibadah yang khusyuk dan penuh berkah bagi seluruh jamaah. Selain kewajiban tersebut di atas, masih ada ada kewajiban lainya sebelum berangkat shalat Jumat, diwajibkan untuk melakukan mandi besar atau ghusl. Ini adalah bagian dari persiapan spiritual dan fisik untuk beribadah. Mandi ini adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan), namun banyak ulama yang memandangnya sebagai wajib berdasarkan hadits Nabi SAW: "Mandi pada hari Jumat adalah wajib bagi setiap orang yang telah baligh." (HR. Bukhari dan Muslim) dan juga dianjurkan untuk memakai pakaian terbaik, bersih, dan menggunakan wewangian saat pergi shalat Jumat.  

 

Berbanding terbalik di era digital yang semakin maju, ponsel pintar telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk di kalangan remaja. fenomena yang kerap saya amati di masjid-masjid saat shalat Jumat yaitu banyak remaja yang menggunakan Smartphone mereka, baik untuk membalas pesan WhatsApp, membuka media sosial atau melakukan aktivitas lainnya selama khutbah berlangsung. Hal ini merupakan distraksi digital generasi muda. Fenomena ini menimbulkan beberapa pertanyaan mendasar. Apakah para remaja ini tidak menyadari pentingnya khutbah Jumat sebagai bagian integral dari ibadah mereka? Ataukah ini merupakan cerminan dari masalah yang lebih dalam yakni minimnya pemahaman, pengetahuan dan penghargaan terhadap nilai-nilai spiritual di tengah arus deras teknologi?

 

Khutbah Jumat bukan sekadar formalitas, melainkan momen penting bagi setiap Muslim untuk merenung, memperdalam keimanan, dan mendapatkan tuntunan dari pesan-pesan agama yang disampaikan oleh khatib. Dalam khutbah, jamaah diajak untuk merenungkan kondisi diri dan masyarakat, serta mencari solusi dari sudut pandang Islam terhadap berbagai tantangan yang dihadapi. Kehadiran di masjid dan mendengarkan khutbah adalah sebuah kewajiban sebagaimana diatur dalam syariat Islam. Kenyataan ini miris sekali ketika ponsel pintar mengalihkan perhatian remaja dari khutbah, mereka kehilangan esensi dari ibadah Jumat itu sendiri. Tidak hanya itu, perilaku ini juga dapat mengganggu kekhusyukan jamaah lain yang mungkin terganggu dengan cahaya layar ponsel atau suara notifikasi yang tidak dimatikan. Di sinilah peran penting orang tua, pendidik, dan tokoh agama untuk memberikan pemahaman yang benar kepada remaja. Pendidikan mengenai adab dalam beribadah, termasuk larangan menggunakan ponsel saat shalat dan khutbah harus ditekankan sejak dini. Selain itu, masjid-masjid juga perlu lebih proaktif dalam mengingatkan jamaah, khususnya remaja, untuk mematikan atau setidaknya menonaktifkan ponsel mereka selama ibadah berlangsung.

 

Teknologi memang membawa banyak manfaat akan tetapi tanpa pengendalian diri, teknologi juga bisa menjadi alat yang menjauhkan kita dari nilai-nilai spiritual. Remaja perlu diajari bagaimana menempatkan prioritas dalam hidup, termasuk saat beribadah. Shalat Jumat seharusnya menjadi momen untuk fokus ta’abud kepada Allah SWT, bukan pada notifikasi ponsel.

 

Maka, harapan penulis mari kita bersama-sama merenungkan, apakah kita telah benar-benar hadir secara fisik dan spiritual pada saat shalat Jumat atau justru kita terjebak dalam dunia digital yang memisahkan kita dari keagungan momen shalat jum’at tersebut? Semoga kita semua termasuk para remaja mampu memanfaatkan waktu ibadah dengan sebaik-baiknya menjadikan khutbah sebagai sumber inspirasi dan menjauhkan diri dari godaan teknologi yang seringkali datang di saat yang tidak tepat.[Red]


Oleh: Penulis: Jasmadi Dosen FISIP, Universitas Al Washliyah Darusslam Banda Aceh 

×
Berita Terbaru Update